Monday, September 6, 2010

Kisah 4 buah Lilin

Kisah 4 Buah Lilin
by Andrie Wongso .

Ada 4 lilin yang menyala. Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata:
“Aku adalah Damai.
Namun manusia tak mampu menjagaku,
maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”

Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata:
“Aku adalah Iman.
Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku,
untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”

Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
”Aku adalah Cinta.
Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna.
Mereka saling membenci,
bahkan membenci mereka yang mencintainya,
membenci keluarganya.”

Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar,
dan melihat ketiga Lilin telah padam.

Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:
“Eh apa yang terjadi??
Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
"Jangan takut, janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala,
kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya.
Akulah H A R A P A N “

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan,
lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati
hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….
dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat,
seperti sang anak tersebut,
yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali
Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

Semuanya bisa saja lenyap,
namun jangan sampai pengharapanmu kepada Tuhan ikut lenyap,
sebab hanya itulah senjata terakhir
yang akan memampukanmu untuk bangkit
dan meraih kembali apa yang telah hilang..!

Sudut Pandang ...

Suatu ketika, seorang ayah dari keluarga kaya raya,
bermaksud memberi pelajaran,
bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya.

Mereka menginap beberapa hari
di rumah keluarga petani yang miskin,
di sebuah dusun di tepi hutan.

Dalam perjalanan pulang,
sang ayah bertanya pada anaknya :
" Bagaimana perjalanan kita ? "

Jawab anak : Oh sangat menarik ayah.

" Kamu melihat bagaimana mereka hidup? " Sang ayah bertanya.
Ya ayah, sahut sang anak.

Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini?
Tanya sang ayah.

Sang anak menjawab :
Yang saya pelajari,
kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita,
mereka punya empat anjing untuk berburu.
Kita punya kolam renang kecil di taman,
mereka punya sungai yang tiada batas...

Kita punya lampu untuk menerangi taman kita,
mereka punya bintang yang bersinar di malam hari.
Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup,
mereka hidup bersama alam...

Kita punya pembantu untuk melayani kita,
tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.
Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita,
mereka punya banyak teman yang saling melindungi...

Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya.

Lalu sang anak melanjutkan,
Terima kasih ayah,
karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita...

Bukankah ini suatu sudut pandang yang menakjubkan?
Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki,
dan jangan pernah risau dengan apa yang tidak kita miliki..

Hav a nice day

Saturday, September 4, 2010

Samsung Galaxy S I9000

Jumat, 3 September 2010 @ Dukomsel
[ Sun ... , Herry ]





Wednesday, September 1, 2010

Kenaikan Gaji

Suatu pagi seorang(P)egawai
menghdp (A)tasannya (yg pelit, otoriter dan cerdas)
utk menyampaikan segala uneg-unegnya
dgn tujuan meminta kenaikan gaji.

Atasannya kemudian tertawa,
mempersilahkannya duduk dan berkata,
"Ha...ha...ha..., dengar kawan,
anda itu bahkan belum bekerja utk perusahaan ini
meskipun satu hari!

Masa sekarang mau minta naik gaji?"

Tentu saja sang pegawai sangat terkejut mendengar hal itu
namun atasannya segera meneruskan.

A(atasan): "Coba katakan ada berapa hari dlm setahun?"
P(pegawai): "365 hari dan kadang-kadang 366 hari."

A: "Betul, sekarang ada berapa jam dlm sehari?"
P: "24 jam."

A: "Brp jam kamu bekerja dlm sehari?"
P: "Dari jam 08:00 s/d 16:00 jadi 8 jam sehari."

A: "Jd, berapa bagian dari harimu yang kamu pakai bekerja?"
P: "(mulai ngitung dalam hati... 8/24 jam = 1/3) Sepertiga!"

A: "Wah pinter kamu! Sekarang berapakah 1/3 dari 366 hari?"
P: "122 (1/3×366 = 122 hari)."

A: "Apakah kamu bekerja pada hari Sabtu dan Minggu?"
P: "Tidak, Pak!"

A: "Brp jumlah hari Sabtu dan Minggu dlm setahun?"
P: "52 hari Sabtu ditambah 52 hari Minggu = 104 hari."

Atasan: "Nah, kalau kamu kurangkan 104 hari dari 122 hari,
berapa yang tinggal?"
P: "18 hari."

A: "Nah, saya sudah kasih kamu 12 hari cuti tiap thn.
Sekarang kurangkan 12 hari dari 18 hari yg tersisa itu
brp hari yg tinggal?"
P: "6 hari."

A: "Di hari Idul Fitri dan Idul Adha apakah kamu bekerja?"
P: "Tidak, Pak!"

A: "Jadi sekarang berapa hari yg tersisa?"
P: "4 hari."

A: "Di hari Natal dan Tahun Baru apakah kamu bekerja?"
P: "Tidak, Pak!"

A: "Jd sekarang berapa hari yg tersisa?"
P: "2 hari."

A: "Sekarang sisa tersebut kurangi dengan Libur Waisak,
Imlek, Nyepi, 1 Muharram, Maulid Nabi, Isra' Mikraj,
Wafat Yesus, Kenaikan Isa Almasih, Proklamasi,
berapa hari yg tersisa?"
P: "??? Gak ada sisa, Pak."

A: "Jd sekarang anda mau menuntut apa!"
P: ?????????

Hahahahhahah .....