Wednesday, March 16, 2011

Ketika kehidupan ini memberimu sebuah lemon, peraslah dan nikmati jus lemon.

Suatu ketika Guru Zen, Foyin minum teh bersama Su Dongpo,
seorang pejabat tinggi dan juga penyair di sebuah kedai makanan.

Anehnya, seorang pelayan di kedai tersebut
melayani keduanya secara berbeda.
Guru Zen dilayani layaknya pelanggan pada umumnya,
sedangkan Su Dongpo dilayani secara istimewa.

Su Dongpo merasa kurang nyaman diperlakukan istimewa seperti itu.
Ia pun berkali-kali mendesak pelayan tersebut
agar mau memberikan pelayanan istimewa juga kepada Guru Zen.
Namun pelayan itu sama sekali tidak menanggapi desakannya.

Usai minum teh, Guru Zen membayar sesuai harga minuman
yang sudah dipatok kedai tersebut.
Tetapi sebelum beranjak pergi,
Guru Zen dengan sikapnya yang ramah menyempatkan diri
memberikan uang tambahan atau sering disebut uang tip
kepada pelayan yang melayaninya tadi.

‎​Tak urung sikap Guru Zen mengundang tanya dalam benak Su Dongpo.
“Ehm, sikap pelayan tadi kurang baik bukan?” tanya Su Dongpo ragu.

“Ya, betul.
Boleh dibilang sikapnya terlalu materialistik dan kurang menyenangkan,”
kata Guru Zen merinci.

“Lalu kenapa Guru memberi tip kepadanya?”
sergah Su Dongpo bingung.

Guru Zen tersenyum, kemudian berkata singkat dan tegas,
“Kalau memang dia seperti itu,
lalu mengapa harus dia yang menentukan sikap saya?”


Kesimpulan:
Orang lain bebas memilih sifat yang mereka sukai.
Kita pun bebas merespon
sikap yang mereka tunjukkan terhadap kita.
Entah dengan sikap senada, positif atau negatif,
semuanya terserah kita.
Tetapi akan lebih baik
kita tidak terpancing dengan untuk merespon dengan negatif
atau amarah bila mendapatkan perlakuan negatif.

Jangan biarkan orang lain menentukan sifat kita.
Ketika kehidupan ini memberimu sebuah lemon,
peraslah dan nikmati jus lemon.

No comments: